Klasifikasi Tanaman Karet Genus tanaman karet terdiri atas 20 spesies yang keseluruhannya berasal dari lembah Amazon. Beberapa di antara spesies tersebut mempunyai morfologi dan sitologi yang berbeda yakni Hevea brasiliensis, Hevea spruceana, Hevea benthamiana, Hevea pauciflora dan Heveaa rigidifolia. Spesies yang mampu memproduksi lateks adalah Hevea brasiliensis Muell Arg (Anwar, 2001). Klasifikasi botani tanaman karet Hevea brasiliensis Muell Arg termasuk pada Famili Euphorbiaceae, Genus Hevea, Spesies Hevea brasiliaensis Muell Arg. Karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Batang tanaman mengandung getah yang dinamakan lateks. Daun karet berwarna hijau terdiri dari tangkai daun. Panjang tangkai daun utama 3-20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan ujungnya bergetah. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar tersebut mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Anwar, 2001).
Klasifikasi Tanaman Karet
- Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
- Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
- Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
- Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
- Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
- Sub Kelas: Rosidae
- Ordo: Euphorbiales
- Famili: Euphorbiaceae
- Genus: Hevea
- Spesies: Hevea brasiliensis Muell. Arg
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 1500 LS dan 1500 LU. Pertumbuhan tanaman karet diluar tersebut agak terhambat sehingga mulai produksinya juga terlambat. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar100 - 150HH/tahun. Jika sering hujan pada pagi hari produksi akan berkurang, hal tersebut dikarenakan jika penyadapan pada waktu hujan kualitas lateks encer. Tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 meter dari permukaan laut (m dpl ). Ketinggian > 600 m dpl tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25o C sampai 35o C. Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal tersebut disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, solum, keda-laman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasinya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0 (Anwar, 2001). Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah bibit/bahan tanam, dalam hal tersebut bahan tanam yang baik adalah berasal dari tanaman karet okulasi, dikarenakan bibit hasil okulasi klon yang digunakan jelas asal-usulnya. Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun sebelum penanaman. Bahan tanaman yang perlu disiapkan adalah batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam (Khaidir, 1996).
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh ba-han tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, pena-nganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan. Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik, pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber yaitu entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Perbedaan keduanyaa adalah entres dari kebun produksi merupakan kebun yang telah memproduksi lateks, sementara kebun entres merupakan kebun yang di gunakan untuk menyediakan batang atas khusus tanpa memproduksi lateks. Sebaiknya untuk sumber mata okulasi dipilih dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah (Khaidir, 1996). Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul (Khaidir, 1996).
Hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam polybag, atau stum tinggi. Untuk tanaman karet, mata entres tersebut yang merupakan bagian atas dari tanaman dan dicirikan oleh klon yang digunakan sebagai batang atasnya. Penanaman bibit tanaman karet harus tepat waktu untuk menghindari tingginya angka kematian di lapang. Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan, dikarenakan jika penanaman pada awal musim hujan sumber air tersedia, sehingga tanaman tidak mengalami kekeringan. Selain itu perlu disiapkan tenaga kerja untuk kegiatan pembuatan lubang tanam, pembongkaran, pengangkutan, dan penanaman bibit. Bibit yang sudah di bongkar sebaiknya segera ditanam dan tenggang waktu yang diperbolehkan paling lambat satu malam setelah pem-bongkaran (Khaidir,1996).[kt]
No comments:
Post a Comment